‘Kiamat Kecil’ Berupa Virus Flu Babi
Oleh Ihyarul Fahmi*
Makna ‘kiamat kecil’ disini berupa kabar kematian ataupun sesuatu yang sifatnya tidak mengenakkan seperti penyebaran penyakit, wabah penyakit dan sebagainya. Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.
Sesungguhnya setiap makhluk hidup, apakah itu manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan, memiliki tanda-tanda dari akhir kesudahan hidupnya di dunia. Tanda-tanda dekatnya kematian manusia adalah rambut beruban, tua, sakit, lemah. Begitu juga halnya dengan hewan, hampir sama dengan manusia. Sedangkan tumbuhan warna menguning, kering, jatuh, lalu hancur. Demikian juga alam semesta, memiliki tanda-tanda akhir masanya seperti kehancuran dan kerusakan.
Kapan Kiamat? Hanya Allah SWT Yang Maha Tahu. Kita hanya tahu lewat tanda-tanda akan datangnya hari Kiamat itu. Pada manuskrip peninggalan suku Maya yang tinggal di selatan Meksiko atau Guatemala yang dikenal menguasai ilmu Falak, disebutkan bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012. Disebutkan juga pada waktu itu akan muncul gelombang galaksi yang besar-besaran sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini. Wallahu’alam.
Saat ini wabah penyakit virus flu babi yang mematikan tersebut berjangkit di Meksiko, menimbulkan ketakutan dan kepanikan. Kurang dari sebulan, flu babi menjadi ancaman global yang patut diwaspadai oleh setiap negara termasuk negara berkembang seperti Indonesia. flu babi telah menewaskan 152 orang dan ancaman yang berasal dari Meksiko ini sejak Maret 2009 tak kurang 1.400 orang terjangkiti flu babi, 103 diantaranya meninggal. Selain itu, dilaporkan ada 20 kasus flu babi di Amerika Serikat, 4 kasus di Kanada dan 10 kasus di Selandia Baru.
Saat ini hampir seluruh dunia dalam kondisi siaga terhadap serangan virus swine influenza atau yang dikenal flu babi. Virus itu memang belum masuk Indonesia, tapi WHO sudah memperingatkan soal mudahnya makhluk itu berpindah tempat. Sikap pemerintah dalam melakukan antisipasi pencegahan tersebarnya kemungkinan virus flu babi kali ini patut diacungi jempol.
Menurut WHO (Margaret Chan) Penyebab flu babi disebabkan virus influenza tipe A subtype H1N1 yang belum pernah diketahui. Virus baru itu mengandung tipe DNA yang mirip virus flu burung, flu babi, dan flu manusia, termasuk elemen virus flu babi dari Eropa dan Asia. virus ini pertama kali diisolasi tahun 1930. Pada manusia gelaja flu babi mirip flu manusia, yaitu demam, lesu, sakit kepala, batuk, pilek, tenggorokan sakit, mual, muntah dan diare. Virus ini menyebar lewat udara yaitu lewat bersin dan batuk penderita. Virus tidak menular lewat daging babi jika dimasak dalam suhu minimal 71 derajat celcius (Situs CDC AS)..
Antisipasi yang dilakukan pemerintah Indonesia perlu diberikan applous, apresiasi yang tinggi. Rakortas di Istana (Senin, 27/4) misalnya, pemerintah menetapkan larangan impor daging babi dan produk turunannya ke Indonesia dan fumigasi ke daerah peternakan babi. Diikuti dengan pengaktifan alat scanning thermografis (help alert card) pada 10 pintu bandara penerbangan dan pelabuhan internasional. Untuk mengantisipasi gejala flu babi, pemerintah menyiagakan 9 laboratorium yang memiliki tingkat keamanan sehingga, bahkan pemerintah mengajak relawan untuk mengvaksinasi ternak babi. Hal positif lainnya adalah flu babi tidak bisa hidup di daerah tropis (Siti Fadilah Supari). Namun, Indonesia tetap harus waspada dan hati-hati.
Dan juga belajar dari kasus flu burung. Kita masih ingat tentang perdebatan beberapa tahun lalu antara Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dengan Amerika Serikat dan WHO bahwa penyebaran Avian influenza dituding oleh Menkes RI sebagai senjata biologi yang sengaja dikembangkan. Kemudian, perusahaan-perusahaan disana membuat vaksin flu burung untuk dijual di Negara-negara berkembang dengan harga sangat mahal. Perusahaan multinasional itulah yang menuai keuntungan dari penyebaran virus flu burung. Dan kita semua mafhum, AS dan WHO menuding semua tuduhan tersebut.
Melihat konteksnya, mengapa Babi diharamkan dalam Islam?. Sesuai dengan Ayat (al-An’am ayat 145 dan Albaqoroh Ayat 173). Pertanyaan tersebut memang sulit dijawab, karena Islam sebagai rahmatallil’alamiin. Memang di Alqur’an disebutkan bahwa Babi itu najis dan haram, tapi karena Islam sebagai rahmat, maka babi itu tetap boleh hidup, boleh diternak dan boleh dimakan bagi orang yang di luar Islam. Seandainya Islam bukan sebagai Rahmatallil’alamiin, maka babi dimuka bumi ini tidak boleh hidup, alias umat Islam seluruh dunia akan ramai-ramai membunuh babi.
Hikmah di balik kasus flu babi
Flu babi terlanjur menjadi kekhawatiran internasional, tercermin dari anjloknya harga saham global. Ekonomi AS dan dunia, yang mulai menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan, berpotensi terkontraksi lebih dalam akibat merebaknya virus yang mematikan tersebut. Yang jelas virus ini memukul industri turisme, kuliner, transportasi diberbagai dunia.
Penyebaran flu ini di AS dan Meksiko diperkirakan menurunkan kegiatan perjalanan dan memukul pendapatan operator penerbangan di Asia Pasifik. Bisa jadi dibalik penyebaran flu burung ada blessing is disguise bagi industri pariwisata di Indonesia, karena virus itu hidup di Negara dengan empat musim, sedangkan Indonesia beriklim tropis. Hal ini bisa dikatakan imbas pariwisata akan lari ke Indonesia, maka dari itu Indonesia memberlakukan travel advisory bagi warganya yang mau berkunjung ke Amerika Utara dan wilayah lainnya yang sudah terkontaminasi virus N1H1.
Peluang nyata itu harus dikomunikasikan kepada masyarakat internasional, dikampanyekan, dipromosikan pariwisata Indonesia untuk mendorong turisme mengunjungi Indonesia, karena Indonesia saat ini sudah mengantisipasi bahaya virus flu Babi dengan anggaran yang besar Rp 38 milyar dengan status tetap waspada. Memang terlalu dini mengaitkan wabah flu N1H1 terhadap industri penerbangan.
*Alumni Pondok Pesantren Krapyak Jogjakarta dan sekarang sebagai Analis Sosial Politik IndoSolution Jakarta
Tulisan di muat di koran Duta Masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar